Vol.1 Epilog

Atas perintah si pemilik toko, aku duduk di atas kursi di toko yang gelap ini.

Tempat ini adalah toko ramalan yang dimiliki oleh seorang peramal, Soketto.

Saat aku mengira semuanya sudah terselesaikan, Soketto tiba-tiba saja memanggilku.

“……Kamu benar-benar sudah menghadapi berbagai macam hal yah, Megumin.”

Soketto tersenyum padaku yang bahkan tidak tahu apa yang sedang aku lakukan di sini.

“Berbagai macam hal” yang dia maksud itu soal aku dikejar oleh anak buah dewa jahat, ‘kan?

“…Sebaiknya kamu membelikan mainan yang benar untuk adikmu nanti.”

“!?”

Melihat ekspresi terkejutku, Soketto langsung tertawa lepas.

“Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu siapa pun soal hal itu. Peramal biasanya orang yang mulutnya selalu tertutup rapat kok, ok? Aku memanggilmu ke sini bukan untuk membicarakan hal itu.”

Dia mengangkat tangannya, menaruhnya di atas bola kristal. Aku langsung melepas napas lega.

“Kalau begitu, kenapa kamu memanggilku kemari? Ah, apa ini soal Bukkololy?”

Apa orang itu melakukan hal bodoh lagi? Meski aku, entah kenapa, mengenal si NEET itu, jangan lampiaskan amarahmu padaku.

“Bukan. Dia kadang berjalan di sekitar tokoku, tapi tidak terlalu mengganggu kok.”

Soketto melambaikan tangannya padaku, menyuruhku untuk mendekat.

“Hari ini… aku akan meramal masa depanmu.”

Ucap Soketto sambil tersenyum.

“Meramal? Meramal apa? Aku tidak tertarik kalau soal cinta-cintaan.”

“Ah, sayang sekali. Tapi, bukan soal itu kok. Aku hanya ingin melihat apa yang akan kamu raih di masa depanmu nanti. Berdasarkan firasatku sebagai seorang peramal, kamu akan melakukan sesuatu yang luar biasa.”

“Cuma karena kamu penasaran yah? Tidak apa-apa sih. Tapi, kalau kamu melihat sesuatu yang buruk terjadi padaku, jangan beritahu aku soal hal itu.”

“Fufu, masa depan bisa diubah. Membantumu untuk menghindari nasib buruk di masa yang akan datang juga bagian dari pekerjaanku.”

Soketto dengan senangnya menyuntikkan mana-nya ke dalam bola kristal.

“……Hmm, pertama-tama, kamu berniat untuk pergi dari desa, menuju sebuah kota bernama Axel. Jadi begitu, yah. Kamu akan menghadapi berbagai macam masalah di sana, dan akhirnya bertemu dengan kawan yang baik. Mereka adalah orang-orang yang hebat… he… bat…? Emm, itu, orang-orang itu, secara perilaku mereka itu hebat… Ah, eh…? Anak muda ini… Uhhh…”

“Ada apa!? Lanjutkan perkataanmu, aku jadi merasa khawatir! Ada apa dengan kawanku? Mereka hebat, dihormati dan baik hati, ‘kan?”

Soketto perlahan memalingkan pandangannya.

“Memberi saran untuk menghindari nasib buruk di masa depan itu tugasmu, ‘kan!? Cepat katakan apa yang terjadi!”

Aku memegang bahu Soketto lalu mengguncangnya. Tiba-tiba, ekspresi Soketto berubah.

“……Soal itu, ehh, Megumin, kamu benar-benar beruntung bisa bertemu dengan kawan yang hebat seperti mereka.”

“Apa maksudnya!? Kamu bilang masa depan bisa diubah, ‘kan? Sekarang aku harus berpikir lagi apa aku harus pergi ke Axel atau jangan…!”

Soketto tersenyum masam lalu berkata:

“Tidak baik kalau kamu mengubah masa depan ini. Emm, untuk saat ini aku tidak akan memberitahumu.”

“Kumohon, beritahu aku! Aku benar-benar merasa khawatir!”

Soketto mengabaikan pertanyaanku dan hanya tersenyum bahagia.

“……Kalian semua akan menyelesaikan banyak tugas yang besar. Setelah itu, kamu akan kembali ke Desa Klan Iblis Merah karena suatu bencana, yang mungkin akan melibatkan dirimu dan kawan-kawanmu.”

“Ramalan ini kedengarannya sangat abstrak… Padahal aku dengar ramalannya Soketto itu sangat spesifik dan akurat…”

Soketto hanya tersenyum masam sambil mengangkat kedua pundaknya.

“Bencana di Desa Klan Iblis Merah juga akan melibatkan diriku. Seorang peramal tidak akan pernah bisa meramal hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Bila ada suatu kejadian yang melibatkan diriku, kristal ini tidak akan menunjukkan apa pun.”

Dia menyentuh permukaan bola kristal itu dengan lembut.

Bila seseorang bisa meramal masa depannya sendiri, maka seorang peramal bisa melakukan apa pun sesukanya lalu mengubah masa depannya semaunya sendiri. Tapi, sepertinya kenyataan tidaklah semudah itu.

Bencana yang ada kaitannya dengan Soketto…

Kekacauan kali ini, atau berbagai macam hal berbahaya yang tersegel dalam segel itu— Ada terlalu banyak kemungkinan buruk dan terlalu sedikitnya petunjuk untuk tahu kira-kira bencana seperti apa yang akan terjadi.

“Apa mungkin itu adalah invasi pasukan raja iblis? Benar juga, Bukkololy bahkan mengumpulkan para NEET untuk membentuk sebuah tim aneh.”

Dia pasti membicarakan soal pasukan yang disebut Unit Gerilya Anti Raja Iblis.

……Eh?

Saat Soketto mencoba meramal calon kekasihnya Bukkololy, kristal itu tidak menunjukan apa pun.

Bila sesuatu berkaitan dengan Soketto, bola kristal itu akan menjadi seperti ini…?

“Bukkololy kelihatannya bukan cowok yang jahat. Kalau dia menemukan pekerjaan, akan baik untuk dirinya. Kemudian, dia bisa mengubah kebiasaan buruknya menguntit orang lain. Dengan begitu, kekasih hatinya pasti akan muncul… Megumin, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba saja tersenyum?”

“Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya merasa kalau ada saja hal yang terlalu tidak cocok.”

Tidak cocok? —Setelah mendengar perkataanku, Soketto memiringkan kepalanya penuh tanda tanya.

“Pokoknya, aku bisa memberitahumu hal ini. Nantikanlah kehidupan barumu di Axel… Dengar, meski kamu menjadi korban pelecehan seksual, jangan terlalu diambil hati.”

“Siapa yang akan melakukan pelecehan seksual padaku!? Apa itu kawanku!? Hei, apa yang seperti itu bisa disebut kawan yang hebat!?”

—Setelah aku pergi dari toko ramalan, Chomusuke menancapkan cakarnya di pundakku, berayun-ayun kesana-sini.

Meski cakarnya membuatku merasa sedikit sakit, aku masih bisa menahannya.

Sebelum aku memulai perjalananku, aku tiba-tiba saja menerima berita tidak mengenakkan seperti itu.

Mending tetap tinggal di desa dan menjadi NEET…

“Yah, pertama-tama aku harus tetap tinggal di desa untuk menyiapkan uang yang aku perlukan dalam perjalananku. Kalau soal ramalan itu sih bisa aku pikirkan nanti.”

Aku mencoba meyakinkan diriku lalu membawa Chomusuke di pundakku.

Kalau aku bertemu dengan kawan yang memalukan, aku hanya perlu menyeret mereka semauku. Dengan begitu masalahnya pasti akan terselesaikan.

—Tujuanku menjadi berlipat ganda.

Pertama, menunjukan kakak misterius itu Sihir Ledakan milikku.

Dan yang lainnya—

Dunia ini penuh dengan monster, penjahat, dan bahkan iblis.

Aku ingin menunjukan bukti kepada para pendekar kuat yang ada di negeri ini.

Bukti bila aku, yang mempelajari Sihir Ledakan, memanglah yang paling kuat.

Mau lawanku dewa jahat ataupun raja iblis—

Entah kenapa, Chomusuke langsung gemetar dalam rangkulanku.

Aku mengangkat Chomusuke dan membiarkan mata merahku menyala.

Ya, pada mereka yang kuat yang ada di dunia ini, akan kulepaskan Ledakanku—!